Selasa, November 06, 2012

Pahala Melimpah Bagi Muslimah yang Tinggal di Rumah

Di antara perintah Allah kepada wanita muslimah adalah perintah untuk tinggal dan menetap di rumah-rumah mereka. Sebuah perintah yang banyak mengandung hikmah dan maslahat. Tidak hanya bagi wanita itu sendiri, namun juga mengandung kemaslahatan bagi umat. Perintah dari Dzat Yang Maha Hikmah Wahai saudariku muslimah, renungkanlah firman dari Rabbmu berikut ini. Rabb yang telah menciptakanmu, yang paling tahu tentang kemaslahatan bagimu. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman : وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ وَلَا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الْأُولَى وَأَقِمْنَ الصَّلَاةَ وَآتِينَ الزَّكَاةَ وَأَطِعْنَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيُذْهِبَ عَنكُمُ الرِّجْسَ أَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيراً “Dan hendaklah kamu tetap tinggal di rumah-rumah kalian dan janganlah kalian berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang jahiliyah yang dahulu. Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, wahai ahlul bait, dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya.” (Al Ahzab: 33). Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Sa’di rahimahullah menjelaskan bahwa makna dari ayat {وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ} yaitu menetaplah kalian di rumah kalian sebab hal itu lebih selamat dan lebih memelihara diri kalian. Sedangkan makna ayat { وَلا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الأولَى }  yaitu  janganlah banyak keluar dengan bersolek atau memakai parfum sebagaimana kebiasaan orang-orang  jahiliyah sebelum Islam yang tidak memiliki ilmu dan agama. Perintah tersebut bertujuan untuk mencegah munculnya kejahatan dan sebab-sebabnya. (Lihat  Taisir Al Karimirrahman surat Al Ahzab 33). Imam Ibnu Katsir rahimahullah  menjelaskan bahwa makna ayat di atas artinya tetaplah di rumah-rumah kalian dan janganlah keluar tanpa ada kebutuhan. Termasuk kebutuhan syar’i yang membolehkan wanita keluar rumah adalah untuk shalat di masjid dengan syarat-syarat tertentu, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam :‘Janganlah kalian melarang istri-istri dan anak-anak kalian dari masjid Allah. Namun, hendaklah mereka keluar dalam keadaan berjilbab.’ Dan dalam riwayat lain disebutkan : ‘Dan rumah mereka adalah lebih baik bagi mereka.” (TafsirAl Qur’an Al Adzim tafsir surat Al Ahzab ayat 33) Yang perlu dipahami bahwa perintah dalam ayat di atas tidak hanya terbatas pada istri-istri nabi saja, tetapi juga berlaku untuk seluruh kaum wanita muslimah. Imam Ibnu Katsir rahimahullahu mengatakan : “Semua ini merupakan adab dan tata krama yang Allah Ta’ala perintahkan kepada para istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Adapun kaum wanita umat ini seluruhnya sama juga dengan mereka dalam hukum masalah ini.” (Tafsir Al Qur’an Al Adzim surat Al Ahzab 33). Saudariku muslimah, perhatikanlah. Perintah untuk tinggal di dalam rumah ini datang dari Dzat Yang Maha Memiliki Hikmah, Dzat yang lebih tahu tentang perkara yang memberikan maslahat bagi hamba-hamba-Nya. Ketika Dia menetapkan wanita harus berdiam dan tinggal di rumahnya, Dia sama sekali tidak berbuat zalim kepada wanita, bahkan ketetapan-Nya itu sebagai tanda akan kasih sayang-Nya kepada para hamba-Nya. Tanggung Jawab Terbesar bagi Wanita adalah Rumah Tangganya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : كلكم راع، وكلكم مسئول عن رعيته، فالأمير راع، وهو مسئول عن رعيته، والرجل راع على أهل بيته، وهو مسئول عنهم، والمرأة راعية على بيت بعلها وولده، وهي مسئولة عنهم، والعبد راع على مال سيده، وهو مسئول عنه، فكلكم راع مسئول عن رعيته “Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan ditanya tentang yang dipimpinnya. Pemimpin negara adalah pemimpin dan ia akan ditanya tentang yang dipimpinnya. Seorang laki-laki adalah pemimpin bagi keluarganya dan ia akan ditanya tentang yang dipimpinnya. Seorang wanita adalah pemimpin bagi anggota keluarga suaminya serta anak-anaknya dan ia akan ditanya tentang mereka. Seorang budak adalah pemimpin atas harta tuannya dan ia akan ditanya tentang harta tersebut. Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan ditanya tentang yang dipimpinnya.” (HR. Bukhari 893 dan Muslim 1829). Yang dimaksud dengan  (رَاعٍ ) adalah seseorang yang dikenai tanggung jawab untuk menjaga sesuatu perbuatan, dan diberi amanah atas perbuatan tersebut, serta diperintahkan untuk melakukannya secara adil . (Lihat Bahjatun Nadzirin I/369) Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin rahimahullah menjelaskan : Seorang istri merupakan pemimpin yang menjaga  di rumah suaminya dan akan ditanya tentang penjagaanya. Maka wajib baginya untuk mengurusi rumah dengan baik, seperti dalam memasak, menyiapkan minum seperti kopi dan teh, serta mengatur tempat tidur. Janganlah ia memasak melebihi dari yang semestinya. Jangan pula ia membuat teh lebih dari yang dibutuhkan. Ia harus menjadi seorang wanita yang bersikap pertengahan, tidak bersikap kurang dan tidak berlebih-lebihan, karena sikap pertengahan adalah separuh dari penghidupan. Tidak boleh melampaui batas dalam apa yang tidak sepantasnya. Istri juga memiliki tanggung jawab terhadap anak-anaknya dalam mengurus dan memperbaiki urusan mereka, seperti dalam hal memakaikan pakaian, melepaskan pakaian yang kotor, merapikan tempat tidur, serta memerhatikan penutup tubuh mereka di musim dingin. Setiap wanita akan ditanya tentang semua itu. Dia akan ditanya tentang urusan memasak, dan  ia akan ditanya tentang seluruh apa yang ada di dalam rumahnya.” (Lihat Syarh Riyadhis Shalihin II/133-134) Dengan demikian, tugas seorang istri selaku pendamping suami dan ibu bagi anak-anaknya adalah memegang amanah sebagai pengatur urusan dalam rumah suaminya serta anak-anaknya. Dia kelak akan ditanya tentang kewajibannya tersebut. Inilah peran penting seorang wanita, sebagai pengatur rumah tangganya. Wanita sudah memiliki amanah dan tugas tersendiri yang harus dipikulnya dengan sebaik-baiknya. Yang menetapkan amanah dan tugas tersebut adalah manusia yang paling mulia, paling berilmu, dan paling bertakwa kepada Allah, yaitu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau tidaklah menetapkan syariat dari hawa nafsunya, semuanya adalah wahyu yang Allah wahyukan kepada beliau. Tinggal di Rumah adalah Fitrah Muslimah Islam adalah agama yang adil. Allah menciptakan bentuk fisik dan tabiat wanita berbeda dengan pria. Kaum pria diberikan kelebihan oleh Allah Ta’ala baik fisik maupun mental dibandingkan kaum wanita sehingga pantas kaum pria sebagai pemimpin atas kaum wanita. Allah Ta’ala berfirman: الرِّجَالُ قَوَّامُونَ عَلَى النِّسَاء بِمَا فَضَّلَ اللّهُ بَعْضَهُمْ عَلَى بَعْضٍ وَبِمَا أَنفَقُواْ مِنْ أَمْوَالِهِمْ فَالصَّالِحَاتُ قَانِتَاتٌ حَافِظَاتٌ لِّلْغَيْبِ بِمَا حَفِظَ اللّهُ “Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang ta’at kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka)” (QS. An Nisa’: 34) Pada asalnya, kewajiban mencari nafkah bagi keluarga merupakan tanggung jawab kaum lelaki. Syaikh Abdul ‘Aziz bin Baaz rahimahullah berkata: “Islam menetapkan masing-masing dari suami dan istri memiliki kewajiban yang khusus agar keduanya menjalankan perannya masing-masing  sehingga sempurnalah bangunan masyarakat di dalam dan di luar rumah. Suami berkewajiban mencari nafkah dan penghasilan sedangkan istri berkewajiban mendidik anak-anaknya, memberikan kasih sayang, menyusui dan mengasuh mereka, serta tugas-tugas lain yang sesuai baginya seperti mengajar anak-anak perempuan, mengurusi sekolah mereka, dan mengobati mereka serta pekerjaan lain yang khusus bagi kaum wanita. Bila wanita sampai meninggalkan kewajiban dalam rumahnya, berarti ia telah menyia-nyiakan rumah serta para penghuninya. Hal tersebut dapat menyebabkan kerusakan dalam keluarga baik secara hakiki maupun maknawi. (Khatharu Musyarakatil Mar’ah li  Rijal fil Maidanil Amal). Para wanita muslimah hendaknya jangan tertipu dengan teriakan orang-orang yang menggembar-gemborkan isu kesetaraan gender sehingga timbul rasa minder terhadap wanita-wanita karir dan merasa rendah diri dengan menganggur di rumah. Padahal banyak pekerjaan mulia yang bisa dilakukan di rumah.  Di rumah ada suami yang harus dilayani dan ditaati. Ada juga  anak-anak yang harus ditarbiyah dengan baik. Ada harta suami yang harus diatur dan dijaga sebaik-baiknya. Ada pekerjaan-pekerjaan rumah tangga yang butuh penanganan dan pengaturan. Semua ini pekerjaan yang mulia dan berpahala di sisi Allah Ta’ala. Para wanita muslimah harus ingat bahwa kelak  pada hari kiamat mereka akan ditanya tentang amanah tersebut yang dibebankan kepadanya. Namun demikian, jika dalam kondisi tertentu menuntut wanita untuk mencari nafkah, diperbolehkan baginya keluar rumah untuk bekerja, namun harus memperhatikan adab-adab keluar rumah sehingga tetap terjaga kemuliaan serta kesucian harga dirinya. Mendidik Generasi Shalih dan Shalihah Tugas besar seorang wanita yang juga penting adalah mendidik anak-anak. Minimnya perhatian dan kelembutan seorang ibu yang tersita waktunya untuk aktifitas di luar rumah, sangat berpengaruh besar pada perkembangan jiwa dan pendidkan mereka. Terlebih jika keperluan anak dan suaminya justru diserahkan kepada pembantu. Jika demikian, lalu bagaimanakah tanggung jawab wanita untuk menjadikan rumah sebagai madrasah bagi anak-anak mereka? Sebagian orang juga mendengung-dengungkan bahwa wanita jangan dikungkung dalam rumahnya, karena membiarkan wanita berada di dalam rumah berarti membuang separuh dari potensi sumber daya manusia. Biarkan wanita berperan dalam masyarakatnya, keluar rumah bekerja sama dengan para lelaki untuk membangun negerinya dalam berbagai bidang kehidupan. Demikian ucapan yang mereka lontarkan. Ketahuilah saudariku, Islam agama yang datang untuk kemaslahatan umat justru memberi pekerjaan yang mulia kepada wanita muslimah. Mereka  di antaranya diberi tanggung jawab untuk mendidik anak-anak mereka. Sebuah tanggung jawab yang tidak ringan, sumbangsih yang besar bagi perbaikan umat. Betapa banyak generasi shalih dan shalihah muncul dari tarbiyah yang dilakukan oleh para wanita. Melalui tarbiyah yang baik mereka mencetak generasi umat Islam yang shalih dan shalilah. Hal itu bisa terwujud jika mereka langsung terjun untuk mendidik anak-anak mereka. Namun kita saksikan pula, betapa banyak anak-anak yang berakhlak bejat yang tidak pernah mendapat pendidikan di rumahnya. Hal itu disebabkan orang tua tidak mendidik mereka secara langsung. Peran orangtua yang dominan dalam mendidik anak berada di pundak para wanita, karena laki laki mempunyai tugas lain yaitu untuk mencari nafkah.  Dengan demikian, pendidikan di rumah  merupakan salah satu tanggung  jawab yang besar bagi seorang muslimah. Peran Besar Wanita Walaupun Tetap Tinggal di Rumahnya Dengan tetap tinggal di rumah , bukan berarti wanita tidak bisa ikut andil dalam perbaikan umat. Posisi wanita sebagai sang istri atau ibu rumah tangga memilki arti yang sangat penting bagi perbaikan masyarakatnya. Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘ Utsaimin rahimahullah menjelaskan bahwa perbaikan masyarakat dapat dilakukan dengan dua cara: Pertama: Perbaikan secara dhahir. Hal ini bisa di lakukan di pasar-pasar, di masjid-masjid dan selainnya dari perkara-perkara yang nampak.  Ini didominasi oleh kaum laki-laki karena merekalah yang bisa keluar untuk melakukannya. Kedua: Perbaikan masyarakat yang dilakukan dari dalam rumah. Hal ini dilakukan di dalam rumah dan merupakan tugas kaum wanita. Karena merekalah yang sangat berperan sebagai pengatur dalam rumahnya. Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman : وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ وَلَا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الْأُولَى “Tetaplah kalian tinggal di dalam rumah-rumah kalian dan janganlah bertabarruj (berpenampilan) sebagaimana penampilannya orang-orang jahiliyah yang pertama.” (Al Ahzab: 33) Oleh karena itu  peran dalam  perbaikan masyarakat separuhnya atau bahkan mayoritasnya tergantung kepada wanita. Hal ini disebabkan dua alasan: 1. Jumlah kaum wanita sama dengan laki-laki, bahkan lebih banyak kaum wanita.  Keturunan Adam mayoritasnya adalah wanita sebagamana hal ini ditunjukkan oleh As Sunnah An Nabawiyah. Akan tetapi hal ini tentunya berbeda antara satu negeri dengan negeri lain, satu jaman dengan jaman lain. Terkadang di suatu negeri jumlah kaum wanita lebih dominan dari pada jumlah lelaki atau sebaliknya.  Intinya, wanita memiliki peran yang sangat besar dalam perbaikan masyarakat. 2. Tumbuh dan berkembangnya satu generasi pada awalnya berada dibawah asuhan wanita. Sehingga sangat jelaslah peran wanita dalam perbaikan masyarakat. (Lihat Daurul Mar’ah Fi Ishlahil Mujtama’) Ibadah Wanita di Dalam Rumah Dengan berdiam di rumah, bukan berarti wanita tidak  bisa melaksanakan aktifitas ibadah. Banyak ibadah yang bisa dilakukan di rumah seperti shalat, puasa, membaca Al Qur’an, berdizkir, dan ibadah-ibadah lainnya. Bahkan Sebaik-baik shalat bagi wanita adalah di rumahnya. Dari Ummu Salamah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : خَيْرُ مَسَاجِدِ النِّسَاءِ قَعْرُ بُيُوتِهِنَّ “Sebaik-baik masjid bagi para wanita adalah diam di rumah-rumah mereka.” (HR. Ahmad 6/297. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadits ini hasan dengan berbagai penguatnya). Dari ‘Abdullah bin Mas’ud, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : صَلاَةُ الْمَرْأَةِ فِى بَيْتِهَا أَفْضَلُ مِنْ صَلاَتِهَا فِى حُجْرَتِهَا وَصَلاَتُهَا فِى مَخْدَعِهَا أَفْضَلُ مِنْ صَلاَتِهَا فِى بَيْتِهَا “Shalat seorang wanita di rumahnya lebih utama baginya daripada shalatnya di pintu-pintu rumahnya, dan shalat seorang wanita di ruang kecil khusus untuknya lebih utama baginya daripada di bagian lain di rumahnya” (HR. Abu Dawud 570. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih). Shalat wanita di rumah adalah pengamalan dari perintah Allah agar wanita diam di rumah. Namun demikian, jika wanita ingin melaksanakan shalat berjamaah di masjid selama memperhatikan aturan seperti menutupi aurat dan tidak memakai harum-haruman, maka janganlah dilarang. Dari Salim bin Abdullah bin Umar bahwasanya Abdullah bin ‘Umar berkata : “Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : لاَ تَمْنَعُوا نِسَاءَكُمُ الْمَسَاجِدَ إِذَا اسْتَأْذَنَّكُمْ إِلَيْهَا “Janganlah kalian menghalangi istri-istri kalian untuk ke masjid. Jika mereka meminta izin pada kalian maka izinkanlah dia” (HR. Muslim 442). Bahkan dengan tetap tinggal di rumahnya, wanita bisa mendapatkan pahala yang banyak Aktifitas hariannya di dalam rumah bisa bernilai pahala. Diriwayatkan dari Anas bin Malik, dia mengatakan : جئن النساء إلى رسول الله صلى الله عليه وسلم فقلن: يا رسول الله، ذهب الرجال بالفضل والجهاد في سبيل الله تعالى، فما لنا عمل ندرك به عمل المجاهدين في سبيل الله؟ فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم: “من قعد -أو كلمة نحوها -منكن في بيتها فإنها تدرك عمل المجاهدين  في سبيل الله”. “Seorang wanita datang menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian berkata : “Wahai Rasulullah, laki-laki memiliki keutamaan dan mereka juga berjihad di jalan Allah. Apakah bagi kami kaum wanita bisa mendapatkan amalan orang yang jihad di jalan Allah? Rasulullah bersabda : “ Brangsiapa di antara kalian yang tinggal di rumahnya  maka dia mendapatkan pahala mujahid di jalan Allah.” (Lihat Tafsir Al Qur’an Al ‘Adzim surat Al Ahzab 33) Adab Keluar Rumah bagi Muslimah Saudariku muslimah, walaupun syariat menetapkan engkau harus tinggal di rumah, namun bila ada kebutuhan, dibolehkan bagi wanita untuk keluar rumah dengan memperhatikan adab-adab berikut ini: Pertama. Memakai hijab syar’i yang menutup aurat. Allah Ta’ala berfirman: يَاأَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِيْنَ يُدْنِيْنَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلاَبِيْبِهِنَّ ذَلِكَ أَدْنَى أَنْ يُعْرَفْنَ فَلاَ يُؤْذَيْنَ “Wahai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu dan putri-putrimu serta wanita-wanitanya kaum mukminin: Hendaklah mereka mengulurkan jilbab-jilbab mereka di atas tubuh mereka. Yang demikian itu lebih pantas bagi mereka untuk dikenali (sebagai wanita merdeka dan wanita baik-baik) sehingga mereka tidak diganggu” (Al Ahzab: 59) Kedua. Jangan memakai wangi-wangian. Dilarang memakai wewangian ketika keluar rumah. Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : أَيُّمَا امْرَأَةٍ أَصَابَتْ بَخُورًا فَلاَ تَشْهَدْ مَعَنَا الْعِشَاءَ الآخِرَةَ “Wanita mana saja yang memakai wewangian, maka janganlah dia menghadiri shalat Isya’ bersama kami” (HR. Muslim 444). Dari Abu Musa Al Asy’ary bahwanya ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : أَيُّمَا امْرَأَةٍ اسْتَعْطَرَتْ فَمَرَّتْ عَلَى قَوْمٍ لِيَجِدُوا مِنْ رِيحِهَا فَهِيَ زَانِيَةٌ “Seorang perempuan yang mengenakan wewangian lalu melewati sekumpulan laki-laki agar mereka mencium bau harum yang dia pakai maka perempuan tersebut adalah seorang wanita pezina” (HR. An Nasa’i, Abu Daud, Tirmidzi dan Ahmad. Dishahihkan Syaikh Al Albani dalam Shahihul Jami’ 323) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda: كُلُّ عَيْنٍ زَانِيَةٌ. وَالْمَرْأَةُ إِذَا اسْتَعْطَرَتْ فَمَرَّتْ بِالْمَجْلِسِ فَهِيَ كَذَا وَكَذَا “Setiap mata itu berzina. Bila seorang wanita memakai wewangian kemudian ia melewati kumpulan laki-laki laki-laki (yang bukan mahramnya) maka wanita itu begini dan begitu.” (HR. Tirmidzi  2937. Dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahih Sunan At-Tirmidzi  2237) أَيُّمَا امْرَأَةٍ اسْتَعْطَرَتْ فَمَرَّتْ بِقَوْمٍ لِيَجِدُوْا رِيْحَهَا فَهيِ َ زَانِيَةٌ “Wanita mana saja yang memakai wangi-wangian, kemudian ia melewati satu kaum agar mereka mencium wanginya, maka wanita itu pezina.” (HR Ahmad 4/414, dihasankan oleh Syaikh Muqbil dalam Al-Jami’us Shahih 4/311) Ketiga. Berjalan dengan sopan Ketika berjalan, tidak dengan menggesek-gesekkan sandal/sepatu dengan sengaja dan jangan pula menghentak-hentakkan kaki agar terdengar suara gelang kaki, karena Allah Ta’ala berfirman: وَلاَ يَضْرِبْنَ بِأَرْجُلِهِنَّ لِيُعْلَمَ مَا يُخْفِيْنَ مِنْ زِيْنَتِهِنَّ “Dan janganlah mereka (para wanita) memukulkan kaki-kaki mereka ketika berjalan agar diketahui apa yang disembunyikan dari perhiasan mereka.” (An Nur: 31) Jangan pula engkau berlenggak lenggok ketika berjalan sehingga mengundang pandangan lelaki karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengabarkan: الْمَرْأَةُ عَوْرَةٌ فَإذَا خَرَجَتْ اِسْتَشْرَفَهَا الشَّيْطَانُ “Wanita itu aurat maka bila ia keluar rumah syaitan menyambutnya.” (HR. Tirmidzi 1183, dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Irwaul Ghalil 273) Keempat. Hendaklah keluar rumah dengan seizin suami. Apabila telah menikah, wanita harus minta izin kepada suami ketika keluar rumah , termasuk ketika pergi ke masjid. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : إِذَا اسْتَأْذَنَتِ امْرَأَةُ أَحَدِكُمْ إِلَى الْمَسْجِدِ فَلاَ يَمْنَعْهَا “Apabila istri salah seorang dari kalian minta izin ke masjid maka janganlah ia melarangnya.” (HR. Bukhari 873 dan Muslim 442) Kelima. Jika bepergian jauh harus bersama mahram. Bila jarak perjalanan yang ditempuh adalah jarak safar maka wanita harus didampingi mahram karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: وَلاَ تُسَافِرِ الْمَرْأَةُ إِلاَّ مَعَ ذِيْ مَحْرَمٍ “Tidak boleh seorang wanita safar kecuali bersama mahramnya.” (HR. Muslim 1341) Keenam. Menjaga pandangan dan merendahkan suara Hendaklah pandangan mata, jangan mengarahkan pandangan ke kiri dan ke kanan kecuali bila ada kebutuhan, karena Allah Ta’ala berfirman: وَقُلْ لِلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ “Dan katakanlah kepada wanita-wanita mukminat: Hendaklah mereka menundukkan pandangan-pandangan mereka…” (An Nur: 31) Apabila berjalan bersama sesama wanita sementara di sana ada lelaki, hendaklah jangan berbicara yang mengundang fitnah.  Demikianlah yang Allah Ta’ala perintahkan dalam firman-Nya: فَلاَ تَخْضَعْنَ بِالْقَوْلِ فَيَطْمَعَ الَّذِي فِي قَلْبِهِ مَرَضٌ وَقُلْنَ قَوْلاً مَعْرُوْفًا “Maka janganlah kalian melembut-lembutkan suara ketika berbicara sehingga berkeinginan jeleklah orang yang ada penyakit dalam hatinya dan ucapkanlah perkataan yang baik.” (Al Ahzab: 32) Saudariku muslimah, demikianlah beberapa adab Islami yang sepatutnya diperhatikan saat keluar dari rumah. Sungguh kemuliaan akan diraih bila senantiasa berpegang dengan adab yang diajarkan agama Islam. Sebaliknya kehinaan akan terjadi ketika ajaran agama telah jauh ditinggalkan. Penutup Wahai saudariku muslimah, renungkanlah! Betapa banyak pahala yang melimpah meskipun kalian tetap tinggal di rumah. Betapa banyak pula tugas-tugas mulia yang bisa dilakukan di dalam rumah. Melaksanakan ibadah di rumah, mengurus rumah tangga, mendidik anak menjadi genarasi shalihah, dan kegiatan lain yang bernilai pahala. Tidak ada profesi yang lebih mulia bagi wanita selain tinggal di rumahnya untuk menjadi ibu rumah tangga. Wallahu a’lam. Wa shallallah ‘alaa Nabiyyina Muhammad. —  Penulis: dr. Adika Mianoki Artikel Muslim.Or.Id

Jadi Ibu Rumah Tangga...Ya Masih Harus Terus Belajar..

Walau sudah memiliki 2 buah hati, saya merasa banyak ketinggalan dalam hal mengasuh anak. Begitu juga dengan keterampilan mengurus rumah, memasak, 'mendandani' suami, dll. Yah inilah hidup. Long life education. Learning by doing. (Pinginnya byk ngomong pake bahasa Arab nih...) Makanya saya jadi semangat lagi nge-blog. Mau berbagi dengan bu-ibu lainnya tentang ilmu menjadi ibu rumah tangga yang baik. Saya yakin banyak juga bu-ibu yang merasa seperti saya. Sebenarnya pingin note di Facebook. Tapii...yg comment suka asal...karna pada dasarnya klo jejaring sosial bgitu, lbh byk yg seliwar seliwer dan ga benar2 baca, baca dikit, nge-like dan comment yg kurang sesuai diharapkan. So keknya nge-blog jadi solusi. Aamiin. Welcome back, Umm.. (sapaan utk diri sendiri :)

Maafkan Atas Gambar dan Tulisan Yg Kurang Syar'i

Sejak blog ini dibuat hingga tulisan terakhir yakni 'Mom, A Profession(?)'...saya belum mengetahui bahwa gambar makhluk bernyawa lebih aman untuk tidak dipajang, hatta di dunia maya. Begitu juga tulisan tentang muslimah yang SEHARUSNYA lebih banyak di rumahnya dan yang saya tulis di sini justru sebaliknya yakni di tulisan 'Bukan Mamah Yang Nolong Kamu di Akhirat, Nak'. Saya belum sempat mengecek hingga tulisan pertama, apa saja yg tidak sesuai syariat. Baik gambar makhluk bernyawa maupun hal2 yg bertentangan dengan prinsip Islam sebagaimana keterangan ulama salaf. Oleh karenanya, saya MEMINTA MAAF ATAS SEMUA HAL DI BLOG INI YG TIDAK SESUAI DENGAN AJARAN RASULULLAH SHALLALLAHU 'ALAIHI WASALLAM' dalam postingan2 saya sebelum ini.

Selasa, Januari 04, 2011

Mom, A Profession (?)


Waktu boring mendera-dera pikiran, perasaan dan seluruh metabolism tubuh, seakan-akan Tuhan berkata, “Hey, kau sangka membesarkan anak bukan sebuah pekerjaan?? Itulah pekerjaan utama seorang perempuan! Sebuah pekerjaan membangun peradaban.”

Senin, Juli 19, 2010

Daging Panggang vs Hati




Hati itu bak sepotong daging panggang
ditusuk pada sebatang kayu
dibolak-balik agar panasnya meresap ke daging
supaya dagingnya matang
begitu terus
bolak balik
balik bolak

Seperti itu gambaran sederhana hati

Daging itu
Kala panas karna ia lebih dekat pada api
Kala agak dingin karna ia mengarah ke langit

Ya Tuhan, Sang Pembolak Balik hati
jika hati ini memang harus berada dekat api yang panas
kumohon ia tidak sampai memanasi orang yang di dekatnya
menerima episode panas dengan sabar hingga
episode selanjutnya datang
episode dingin...
menghadap langit.




Senin, Mei 24, 2010

Di Belakang Orang Hebat Pasti Ada Orang yang Lebih Hebat

Semua media mengangkat berita berpulangnya Ibu Ainun Habibie. Tapi gak semua tahu kalau istri mantan Presiden Indonesia itu sangat dicintai Pak Habibie.

Dalam sebuah acara di TV One beberapa waktu lalu, reporter mewawancarai pasangan suami-istri yang tidak pernah terlihat tidak mesra. Ada kata-kata Pak Habibie yang semakin menguatkan keyakinan saya akan sebuah hal. Beliau berkata, "Kalau ada yang bilang Bapak hebat, dibelakangnya pasti ada Ibu yang lebih hebat."

Saya setuju. Sepenuhnya. Ini juga yang pernah saya tulis di diary yang baru bertuliskan beberapa halaman itu. Sejarah mencatat dan membuktikan bahwa di belakang tokoh atau public figure yang dielu-elukan massa pastilah ada seseorang atau keluarga yang luar biasa. Karena tidak mungkin seseorang dapat meraih kesuksesan dan kekaguman khalayak ramai tanpa ada dukungan dari orang-orang sekitar.

Humm, saya jadi mikir. Kalau ditelusur lebih jauh, maka kita dapat mengambil pelajaran amat penting. Bahwa sebuah kenaifan jika ada yang mengatakan ia sukses dengan tangannya sendiri. Walaupun ia merasa tidak ada yang membantunya dikala ia merintis sebuah keberhasilan, tetap saja ada yang mendukungnya. Jika bukan dukungan langsung, minimal itu sebuah doa yang ia tak pernah tahu. Seperti doa seorang ibu atau ayah pada anak-anaknya yang jauh dimata.

Kepada suamiku yang amat kucintai,
terimakasih atas semua dukunganmu selama ini. Jika ada yang mengatakan seorang Rizyana luar biasa, maka pendampingnya yang lebih luar biasa. Begitu juga berlaku buat Anda. Untuk yang belum menikah, posisi pasangan itu ada pada orang tua. Buat yang sudah memiliki putra-putri, maka kehebatan seseorang itu karena keluarganya yang hebat.

Soooo, kalau ada yang bilang suamiku hebat, hehe, berarti itu karna istrinya yang lebih hebat. Siapa istrinya? Nih yang punya blog...^_^

Senin, Januari 11, 2010

Democracy is ...

Once a time ago, a friend of mine called me and asked one time to interviewed me, bout democracy. She said it was for paper job in class. She studies in STAIN (Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri) Pontianak. And whaddaya thin' bout democracy? If u ask me,I answer that democracy is ...

demokrasi adalah sebuah sistem politik yang dibuat oleh manusia. Oleh karenanya, tidak heran jika banyak kericuhan yang terjadi dalam pelaksanaan sistem demokrasi tersebut, karena sistem itu tidak dibuat oleh Allah subhanahu wa ta’ala. Sistem demokrasi yang dijalankan di Indonesia yang mayoritas rakyatnya adalah muslim, merupakan pil pahit yang harus ditelan umat.

Seharusnya jumlah yang mayoritas itu menjadi kekuatan dalam Negara untuk memberikan kebebasan bagi rakyat yang mayoritas itu menjalankan sistem dalam agamanya. Tapi memang situasi umat Islam di Indonesia pun belumlah ideal untuk menerima penerapan Islam sebagai aturan dalam hidupnya, baik dalam dimensi hukum, sosial, ekonomi dan lain sebagainya. Ini menjadi PR (baca: pekerjaan rumah) bagi para pendakwah Islam untuk membuka mata dan hati umat Islam selebar mungkin bahwa sistem terbaik untuk diterapkan dalam kehidupan adalah sistem Islam.

Jika ada yang meragukan apakah sistem Islam dapat menjadi solusi atas permasalahan hidup manusia, maka yang bertanya itu sebaiknya banyak membaca sirah nabawiyah dan sirah shahabiyah dimana banyak kejadian menakjubkan dalam pengaturan Negara yang memungkinkan rakyat dapat hidup lebih sejahtera, aman dan damai dengan menerapkan Islam sebagai sistem dalam Negara mereka.


Alrite then, how bout ya?

Selasa, Desember 22, 2009

Mau Belajar Sabar?

Kehidupan ini pada dasarnya enjoy2 aja, indah2 aja maksudnya, asal kita mau nikmatin segala sesuatunya. Kalo uda urusan yang enak2, maka perkara nikmatin gak ada masalah. Tapi gimana kalo yang harus kita nikmati itu adalah yang pahit bahkan sangat pahit? Aku yakin semua pernah merasakannya, makanya

aku ingin berbagi sedikit. Aku juga pastinya pernah dan kali ini sedang menelan pil pahit. Paling penting yang harus kalian tahu, aku sedang mencoba menikmatinya. At least, mau atau gak mau aku nikmati, pil pahit itu sudah ada di kerongkonganku. Pahit banget. Kalo dirunut-runut, gak sesuai banget dengan apa yang kuharapkan dan gak pernah kubayangkan akan jadi se-men-jelimet begini (nah, jangan bingung dengan istilah barusan, btw bisa ngerti dunk?).

Yea, mau gak mau dinikmati aja. Uda ada di kerongkongan, mau diapain lagi. Eh, ini dalam artian pil pahit kehidupan lo ya. Karna aku bisa dibilang semi anti obat kimia (jie, yang dokter jangan marah) jadi aku gak lagi bicara pil-pil antibiotik. Yeaaa, nikmati aja kan...uda terjadi juga...

Nah, belajar sabar itu saya dapatkan dari program Ya Rabbana tadi pagi pas saya siaran. Ada 3 tips dari seorang pendengar yang saya rasa cukup mewakili sebuah jawaban untuk pertanyaan yang ditanyakan hampir semua orang: gimana caranya belajar sabar?

1. Jangan marah, whatever happen
2. Hindari emosi
3. Segera istighfar saat menghadapi masalah

Selamat mencoba ;-) Gutlak! Sukses gak sukses cerita2 ya.

Senin, Desember 14, 2009

Nulis Itu Emang Ada Musimnya....(???)

Bener ga judul di atas?
Bener ga bener...yang jelas, selesailah tugas menulis saya hari ini...saya sudah menulis. =)

Makase buat Riza yang uda sumbang judul untuk posting hari ini.

Rabu, Desember 09, 2009

Sekali Lagi: Menulislah dan Bagi Kekuatan Itu

Buku Mba Asma Nadia uda selese kubaca lebih dari sebulan lalu,tapi pesan yang selalu mengiang dan kurasa sangat punya ruh alias berjiwa. Bahwa apapun yang kita tulis bukanlah sia-sia karena bisa jadi ia menjadi penunjuk jalan bagi mereka yang berada di simpang jalan yang sama. Harus berbuat apa? Bagaimana yang terbaik? Dll...Mba Asma sangat betul, ayo kita tulis apa yang kita rasakan, bisa jadi itu sangat berguna buat yang lain. Ugh, Mba Asma, makasih ya uda kasi motivasi itu...saking aku merasakan ruh dari kalimat itu di buku Catatan Hati Seorang Istri, aku jadi mau nulis banyak hal, banyak sekali...sampai-sampai akubingung harus memulai darimana. Yang jelas, jazakillah khairan katsiraa buat Mba Asma.

Kamis, Oktober 22, 2009

"Bukan Mamah yang nolong kamu di akhirat, Nak..."

Siang, 2 pm.
Sambil smsan ma pendengar yang lagi curhat via HP studio, baca-baca blog temen-temen blogger yang dah lama gak dikunjungi, ngontrol studio yang lagi kehilangan DJ Riza yang lagi muncrut (istilah Admin Ery...hehe), saya tidak menulikan telinga dari TAUSIYAH SIANG TETEH NINIH dari radio di bawah meja mixer. Subhanallah...keren banget isinya.

Saya jadi terngiang-ngiang dengan pernyataan beberapa orang yang dipanggil ustadz, mereka menyitir dalil agama bahwa muslimah sebaiknya di rumah saja. Tidak usah keluar rumah. Karena membangun keluarga adalah membangun peradaban. Oleh karenanya asuh keluarga dengan baik, maka itupun sudah merupakan upaya menyelamatkan peradaban. Tidaklah salah.

Tapi, apakah harus sekaku itu? Bagaimana jika muslimah (juga) ingin berdakwah? Bukankah target dakwah itu tidak hanya cakupan keluarga namun juga masyarakat luas? Apalagi masalah umat Islam sekarang sangat kompleks. Ditambah animo dan antusiasme penduduk bumi akan Islam semakin meningkat. Kehadiran pendakwah tidak hanya laki-laki saya rasa sangat dibutuhkan. Karena pendekatannya pasti berbeda.

Kehadiran Mamah Dedeh di bursa da'i da'iyah nusantara sungguh membanggakan. Gaya beliau yang ceplas ceplos dalam mengomentari problema penanya menjadi khas tersendiri. Walaupun saya memeberi beberapa catatan jika mendengar jawaban Mamah atas curhat umat. Soalnya beberapa kali saya menangkap Mamah menjawab dengan mengedepankan logika, padahal dalam Islam, dalil dari Qur'an dan Sunnah adalah hal yang harus disampaikan terlebih dahulu. (Maaf nih, Mamah, gak papa ya. Saling menasihati itu kan juga ada dalam Qur'an Surah Al-Ashr ayat 3. Maafkan kalau Ananda lancang.)

Bagaimana degan Teh Ninih? Wanita berdarah Sunda istri pertama dari seorang da'i terkenal, Aa Gym. Itu dia yang sebenarnya ingin saya bicarakan. Sungguh saya mengagumi sosok Teteh. Sekalipun saya belum pernah bertemu dengannya. Uraiannya via MQ pagi tiap Rabu yang direlay Radio Mujahidin dan juga rekamannya yang diputar ulang di Tausiyah Siang pukul 14.oo WIB. Subhanallah, bukankah kekaguman saya itu hadir karena Teteh tidak hanya mengurusi keluarganya saja di bawah rumahnya surganya?

Oleh karenanya, saya dengan pemahaman Islam yang cetek ini, juga ingin seperti Teteh juga. Saya juga ingin berbagi atas apa yang saya tahu tentang Islam. Bahwa keindahan Islam sungguh memukau sehingga saya ingin mengumumkan pada dunia. Saya juga ingin kita berbincang tentang problematika kehidupan dan solusi-solusi Islami. Bukankah itu tidak dapat dilakukan jika saya hanya di rumah saja? Benar, dunia ada di tangan kita. Internet bisa menghubungkan antar penduduk dunia. Tapi, Teteh Ninih dan Mamah Dedeh yang menjadi tempat curhat para ibu-ibu dan muslimah bahkan bapak-bapak tidaklah hadir dari dunia maya. Karenanya saya rasa sambutan masyarakat jauh lebih terasa karena mereka juga hadir di dunia nyata.

Kembali ke topik yang ingin saya tekankan pada tulisan sore ini, pada dasarnya saya ingin berbagi tentang kekuatan yang saya rasakan saat mendengar tausiyah Teh Ninih siang tadi. "Bukan Mamah yang nolong kamu di akhirat, Nak..." Itu kalimat yang seperti nyantol abis di otak saya.

Wahai saudariku, baik anda muslimah yang telah atau belum menikah. Kita semua tentu menginginkan lahirnya keturunan dari rahim kita sendiri. Segala upaya akan kita lakukan untuk mendapatkannya. Namun setelah Allah mengamanahkan seorang atau beberapa ananda, maka bagaimana kita merawat mereka?

Dalam tausiyah siang Teh Ninih tadi, saya masih ingat kalimat-kalimat Teteh yang PASTI keluar dari setiap lisan ibunda yang baik. Bahwa para ibunda akan mempersiapkan menu terbaik bagi buah hati agar mereka mau sarapan. Ibunda akan gelisah jika ananda tidak sarapan sebelum sekolah. Tapi apakah ibunda juga sama risaunya jika buah hati tidak sholat subuh?

Ibunda akan memutar otak agar buah hati punya selera sehingga mau makan siang dan makan malam. Sama halnya dengan sarapan, ibunda akan tak nyaman hati jika tidak ada makanan di meja makan yang tersentuh. Namun apakah sama tak nyamannya jika ananda tidak sholat lima waktu?

Dialog. Ibunda dan ananda perlu dialog. Isinya? Ya judul di atas itu. "Bukan Mamah yang nolong kamu di akhirat, Nak..."
Bahwa ananda harus tahu bahwa ibunda dan ayahanda mencintai mereka. Oleh karenanya, sholat yang ayah bunda perintahkan untuk dilaksanakan juga untuk kepentingan ananda sendiri. "Kalau pun Mamah teriak-teriak sama Allah, minta tolong supaya kamu diampuni, itu nggak akan berguna, Nak. Kamu yang akan nolong diri kamu sendiri di akhirat nanti." Begitu Teh Ninih mencontohkan dalam tausiyahnya.

Ya Allah, betapa kita sangat mencintai permata hati. Akan tetapi tepatkah cinta itu kita ekpresikan? Bukankah cinta hakiki selamanya bermuara padaNya? Namun mengapa masih banyak orang tua yang rela menjerumuskan anak mereka ke neraka dengan cara membiarkan ananda tidak sholat lima waktu? Membiarkan ananda mencintai perkara yang jauh dariNya, mencintai lawan jenis di luar pernikahan dan berdua-duaan yang menyebabkan Allah cemburu? Oh, betapa mengajak ananda menuju surgaNya itu butuh kekuatan. Karena kita pun para orang tua ini, sesungguhnya tidak juga punya kekuatan untuk mengajak diri kita sendiri melangkah ke dalam surga.

Rabu, Oktober 21, 2009

no matter what they tell us

Entah apa yang mau saya tulis. Yang jelas saya ingin mendhawamkan menulis sebagai bagian dari tradisi saya setiap hari. Ya, setiap hari. Apapun itu,saya akan menulis, seperti sore ini. Saya hanya memencet saja tuts tuts keyboard dan membiarkan tangan ini mencatat apa yang sedang melintas di kepala.

Baiklah, sekalipun tidak bertema khusus, saya ingin berbagi tentang lagu yang sudah beberapa kali saya putar hari ini. Yakni dari grup Boyzone yang sudah bubar sejak tahun 2000. Kabarnya ada salah satu personelnya yang mangkat sekitar 3-4 hari lalu. Dalam video berita itu saya sempat mendengar sebuah lagu sangat filosofis; Everyday I Love You.

Singkat cerita saya jadi pingin denger lagi lagu tersebut. Pas nyari tuh lagu ketemu pula lagu Boyzone lainnya. Ada No Matter What dan I Love The Way You Love Me yang juga saya download. Kayanya karena saya lagi jatuh cinta sama Si Abang makanya lagu-lagu yang saya dengar juga bernuansakan flamboyan aduhai (nah, gaya tulisan begini terpengaruh Andrea Hirata, ;-)

Pas pula tadi pagi saya stop bacaan di bagian Seni Menikmati Seni, entah halaman berapa di tetralogi terakhir Laskar Pelangi, Maryamah Karpov. Pandai Bang Zaitun memilih lagu untuk diputar di GMCnya. Kurang lebih begitu ceritanya. Yang disebut Andrea sebagai tokoh yang tahu seni menikmati seni itu adalah Bang Zaitun.
Nyambung toh kalau tulisan saya hari ini berkisar seni ala Boyzone.

Kembali pada lagu yang saya download. Karena penasaran dengan liriknya yang cantik maka saya pun cari liriknya. Tak lupa save di notepad. Subhanallah lirik dalam 3 lagu itu ternyata memang indah dan bermakna. Tapi saya paling suka dengan lirik No Matter What. Saya baru tahu kalau lagu itu ternyata lagu rohani. Lagu ketuhanan karena ada dialog dengan Tuhan disana.

Berikut secuplik liriknya:


I can't deny what I believe
I can't be what I'm not
I know I love forever
I know no matter what

If only tears were laughter
If only night was day
If only prayers were answered
Then we would hear god say

No matter what they tell you
No matter what they do
No matter what they teach you
What you believe is true

And I will keep you safe and strong
And sheltered from the storm


Tidak salah kan kalau saya katakan liriknya indah? Nyatanya memang begitu. Tapi sekalipun tidak tahu lirik secara keseluruhan, baca judul lagunya saja seperti sudah dapat kekuatan: No Matter What. Orang lain bisa bicara apa saja, entah itu benar atau salah tentang kita. Tapi jika kita bisa berkata pada diri kita seperti judul lagu Ronan Keating cs itu, No Matter What, maka kita bisa tetap tegar. Tentu saja jika yang kita jalani adalah kehidupan yang benar. karena biasanya cercaan dan hinaan bagi orang yang hidupnya lurus itu jauh lebih banyak daripada bagi orang yang hidupnya semrawut tak jelas arah.

Ohya, kalau menggunakan bahasa ABG, no matter what itu bisa jadi artinya EGP alias Emang Gue Pikirin. Bener gak?

Selasa, Oktober 20, 2009

Menulislah dan Bagi Kekuatan Itu

Seperti ada kekuatan yang mendorong saya untuk menulis. Saya tidak tahu darimana harus memulai tulisan ini. Mungkin pertama kalinya kepada Meichan, yang sudah begitu baiknya meminjamkan Catatan Hati Bunda-nya Asma Nadia tepatnya 12 hari yang lalu, 6 Oktober 2009. Karena 2 hari setelah itu, habis ifthar bareng Mery, my younger sista, di Pizza Hut, kulangkahkan kaki mantap ke Gramedia untuk membeli buku yang sama.

Waktu itu Selasa, 6 Oktober 2009, Meichan alias Mimi Chatz Carpenter mau siaran di studio. Karena belum mulai, saya tanyakan perihal program Samudra Hidayah yang perlu konsep baru. "Kak, kayanya Mimi udah dapat bukunya. Catatan Hati Bunda. Ambil ja di plastik di Ruang Penyiar," jawab muslimah mungil nan manis itu.

Keluar studio langsung ke Ruang Penyiar dan segera saya dapatka buku itu. Tidak sulit untuk kemudian asyik masyuk dengan buku garapan Mbak Asma pentolan Forum Lingkar Pena itu. Kisahnya sederhana, bahasanya mengalir karena bercerita tentang keluarga kecilnya, dan mengalirlah butir keharuan dari pelupuk mata saya. Ah, betapa cengengnya. Sudah lama tidak menangis seperti itu saat membaca buku. Lalu saya menikmati buku itu. Hingga saya pun tidak menyesal untuk merogoh sekitar 50 ribu untuk buku tersebut.

Saya mau ngucapin terimakasih jazakillah buat Ukhtiy Meichan. Karena dia sudah pinjami saya buku itu, lantas saya jadi beli juga (soalnya ga puas kalo cuma minjem ;-) dan saya sudah khatam beberapa hari lalu. Geloranya saya rasakan, gelora dan hasrat untuk menulis. Sebelum mengkhatamkan buku Catatan Hati Bunda sebenarnya saya sudah punya keinginan yang kuat untuk menulis. Kenapa? Entahlah. Mungkin kareba saat itu saya sedang membaca Catatan Hati Seorang Istri-nya Asma Nadia juga.

Sungguh, buku itu tidak bisa dibilang ringan. Sekalipun bentuk tulisannya seperti cerita yang mengalir tetapi kisah-kisah para perempuan di dalamnya membuat saya harus menjadi hero buat diri saya sendiri. Kisah tidak indah para istri, yang ditinggal pergi sang suami entah karena panggilanNya ataukah panggilan wanita lain.
Yang jelas buku itu membuat saya menangis (lagi), salah satunya karena, saya seperti tersadarkan bahwa keindahan episode pernikahan bersama suami sah-sah saja jika dirampas begitu saja oleh skenario Allah Yang Maha Mengatur.

Jika Anda membaca satu kalimat yang tertera dalam pengantar Mbak Asma di Catatan Hati Seorang Istri maka Anda akan dapati bahwa beliau juga mengajak para pembacanya terutama perempuan untuk menulis juga. Bukan hanya membaca bukunya. Karena bisa jadi tulisan itu dapat menuntun jalan bagi perempuan lain yang sedang tersesat di masalah yang serupa.

Oleh karenanya, di sinilah saya kini. Saya sudah bosan melihat postingan terakhir di blog ini adalah cerita bulan-bulan kemarin. Saya ingin posting baru dan baru. Tentang hidup saya sekarang. Tentang perasaan saya sekarang. Tentang apa yang saya pikirkan sekarang. Karena saya tidak pernah tahu, dari kalimat saya yang mana perempuan atau Anda yang membaca blog ini akan mendapatkan kekuatan.

Ya, kekuatan. Bukankah kekuatan untuk menghadapi hidup ini yang sangat kita butuhkan? Kita tahu adalah sebuah niscaya kita akan hadapi masalah. Namun bagaimana mempersiapkannya? Bagaimana jika takdir kelabu itu dalam sekejap memeluk kita? Sanggupkah? Karenanya, mari menulis dan mari kita bagi kekuatan itu. Hatta, kekuatan itu sangat ringkih. Mari berbagi, saudaraku.




Senin, Oktober 19, 2009

Setelah Iman, Harta Berharga Itu Adalah Dia



Sore itu, Ahad, setelah seharian di rumah saja, berdua.
Melewati waktu pagi hingga petang dengan berdua dan dia, yang kucinta, bertanya dengan tersenyum lebar:
"Pacaran yok. Kite jalan. Dinda mau beli ape? Beli baju?"
Tidak perlu waktu lama bagiku untuk menjawab,
"Dinda nda mau kemane-mane. Dinda pengen deket Abang ja. Karena setelah iman, abang harta berharga buat dinda."



Rasanya baru kemarin kami menikah. Padahal 10 Mei 2009 itu sudah lebih dari 5 bulan yang lalu. Tapi, Subhanallah, rasanya cinta di hati ini semakin membengkak saja. Janji Allah memang tidak pernah salah. Siapapun yang saling mencintai karenaNya maka Ia akan tambahkan cinta itu, berlipat-lipat ganda tak terhitung dan terjangkau logika.

Pernikahan 5 bulan lalu selalu saya syukuri, Insya Allah. Sebab saat mengambil keputusan untuk mengatakan saya siap dilamar dia, saya telah memintaNya untuk memberikan jawaban apakah lelaki yang sekarang menjadi suami saya itu adalah lelaki terbaik ataukah tidak. Ternyata ia memang terbaik buat saya.Alhamdulillah.

Jarak jauh secara rutin memisahkan kami karena ia bekerja di luar kota, tepatnya kota Pinoh, di Kabupaten Melawi, sebuah kabupaten baru hasil pemekaran dari Kabupaten Sintang. Jujur, di prosesi ta'aruf saya sengaja untuk tidak lupa mengatakan bahwa saya adalah seorang perempuan yang tidak bisa jauh dari yang saya cintai. Saat itu ia menjawab bahwa jadwal kerjanya nun 10-12 jam perjalanan dari kota Pontianak itu bisa diatur sesama tim dalam perusahaan. Nyatanya, sekalipun kedatangannya bulan ini jauh lebih cepat dari jadwal, saya selalu dan selalu tidak dapat menahan luruhnya air mata malam terakhir kami bersama. Sudah kebayang rindunya menggigit sangat.

Mengapa Allah tidak memberi pekerjaan buat Si Abang di Pontianak saja? Mengapa tidak setiap hari saya bisa melihat dan mengabdi? Mengapa harus kami lalui pertemuan setiap hari hanya dengan SMS, chat, FB, atau telpon dengan paket obrol2 mentari? Dan mengapa mengapa lainnya.

Masih ingat saya akan surat yang saya tulis di desktop laptop Si Abang. Cuplikannya adalah bahwa Allah sedang menitipkan pesan atas jarak jauh yang memisahkan kami. Entah apa pesan itu. Yang jelas saya senantiasa meminta padaNya agar selalu mengilhamkan husnudzdzon kepadaNya yang sudah mengatur semua ini.

Jumat, September 25, 2009

Aku Ingin Hidup Dalam Detik Itu

Aku tak tahu mengapa
detik yang baru saja berlalu seperti
detik kematian seorang manusia
Manakala kubuka kembali lembaran
detik itu
detik tanpa nafas
walau helaan masih terasa di telunjuk yang
dibaringkan


Detik yang berlalu
tapi aku, kau dan kita semua telah mati
karena ketiadaan manfaat detik itu
Detik itu lonceng matinya hakikat kita
sebagai manusia berakal.